Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang berumur panjang sangatlah terbatas. Keterbatasan daya dukung lahan dalam menyediakan unsur hara ini harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan.
Manfaat Pemupukan
Praktek pemupukan memberikan kontribusi yang sangat luas dalam meningkatkan produksi dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu Manfaat Pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai produksi yang maksimal. Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut (dikonversi) melalui produk yang dihasilkan berupa TBS serta memperbaiki kondisi yang tidak menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit.
1, Kebutuhan Hara Tanaman
Tanaman membutuhkan 92 unsur, tetapi hanya 16 unsur esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangnnya. Dari 16 unsur tersebut, unsur C H dan O diperoleh dari udara dan air (dalam bentuk CO2 dan H2O), sedangkan 13 unsur mineral esensial lainnya diperoleh dari dalam tanah dan secara umum digolongkan sebagai “hara”.
Unsur hara makro (N,P, K, S, Ca, dan Mg) dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar yang kandungan atau nilai kritisnya antara 2-30 g/kg berat kering tanaman. Unsur hara makro tersebut terdiri dari unsur hara utama (N,P,K) dan unsur hara sekunder (S,Ca,Mg). Unsur hara utama diberikan dalam bentuk pupuk pada seluruh jenis tanaman dan seluruh jenis tanah. Dalam hal ini, N diserap dalam bentuk ion NH4+, P dalam kation P5+, dan K dalam kation K+. Sementara unsur hara sekunder hanya diberikan pada beberapa jenis tanaman pada jenis tanah tertentu. Dalam hal ini, S diserap dalam bentuk anion SO42¯, Ca dalam kation Ca2+ dan Mg dalam kation Mg2+.
Unsur hara mikro (7 unsur) dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil yang kandungan kritisnya berkisar antara 0,3-50 mg/kg berat kering tanaman. Dari unsur hara mikro ini, 5 unsur merupakan logam berat (Fe, Mn, Zn, Cu, dan Mo) yang diserap tanaman dalam bentuk anion divalen molibdat (MoO4). Dua unsur hara bukan logam (Cl dan B) diserap tanaman dalam bentuk anion Cl‾ dan kation B3+. Beberapa unsur hara mineral memberikan pengaruh yang menguntungkan (beneficial) pada beberapa jenis tanaman, tetapi tidak bersifat esensial seperti Na, Si, Co, Cl, dan Al.
Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit sangat beragam dan terutama sekali tergantung pada potensi produksi (fungsi genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Pada kondisi iklim yang kurang menguntungkan, produksi Tandan Buah Segar (TBS)/hektar menjadi jauh lebih rendah. Seperti yang terjadi di Afrika Barat di Nigeria yang musim kemaraunya cukup panjang dan panjang penyinaran ada musim hujan sangat terbatas. Berbeda dengan Malaysia, walaupun serapan unsur hara di kedua tempat tersebut hampir sama.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Dalam kasus ini, serapan unsur hara (baca : pertumbuhan tanaman) dibatasi secara kritis oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum. Hukum minimum Justus von Liebig ini dapat diilustrasikan sebagai gentong yang tidak dapat terisi penuh apabila terdapat lubang dan lubang yang menentukan tingginya permukaan air dalam gentong adalah lubang pada sisi terbawah. Dengan demikian, status hara yang terendah akan mengendalikan proses pertumbuhan tanaman (lihat gambar 9.1) Ketidakseimbangan hara ini menyebabkan terjadinya “gentong bocor”. Untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, seluruh unsur hara harus berada pada kondisi yang setimbang. Artinya, tidak boleh ada satu unsur harapun yang menjadi faktor pembatas.

Gambar 9.1 Faktor minimum yang membatasi produksi TBS (disajikan dalam gentong minimum” dimana faktor pembatasnya adalah N (Nitrogen), kemudian P (Posphate)
Untuk mencapai produksi yang diinginkan, jumlah hara yang dibutuhkan tanaman dan yang harus ditambahkan dalam bentuk pupuk (organik dan atau anorganik), tergantung pada tingkat kebutuhan haranya. Dengan kata lain, pemberian pupuk harus disesuaikan dengan tingkat ketersediaan hara dalam tanah yang dapat diserap tanaman. Hal tersebut dapat diperkirakan dengan metode diagnosis (analisis jaringan tanaman).
2. Kesuburan Tanah dan Ketersediaan Unsur Hara
Manfaat pemupukan baru akan terlihat bermanfaat apabila unsur hara pupuk yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman. Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara sangat beragam dan tergantung pada beberapa faktor pembatas.
Istilah “kesuburan tanah” merupakan suatu sifat atau keadaan kompleks yang harus diusahakan tetap optimum. Komponen kesuburan tanah mencakup kedalaman solum tanah, struktur tanah, kandungan hara, kapasitas simpan, kandungan humus, jumlah dan kegiatan mikroorganisme tanah dan kandungan unsur beracun.
- Kedalaman solum tanah, menunjukkan berapa volume tanah yang dapat dilalui oleh sitem perakaran tanaman
- Struktur tanah, berdasarkan pada ukuran penyebaran dan pembentukan agregat partikel. Hal ini menunjukkan penyebaran dan ukuran pori-pori tanah yang penting dalam penyediaan air dan udara bagi akar
- Reaksi tanah, yang merupakan indikator dan pengatur proses kimia dalam tanah
- Kandungan hara, dalam tingkat ketersediaan yang berbeda
- Kapasitas simpan (storage capacity), unsur hara terlarut, baik yang berasal dari pupuk maupun dari dalam tanah
- Kandungan humus, dan kualitasnya (termasuk perbandingan dalam bentuk yang dapat mengalami mineralisasi)
- Jumlah dan kegiatan mikroorganisme tanah sebagai agen proses transformasi dalam tanah
- Kandungan unsur beracun, baik yang alamiah (seperti garam pada daerah pantai dan alumunium pada tanah masam) maupun limbah industri (logam berat).
Tanah produktif yang kesuburan tanahnya tinggi, baik secara alamiah dan/atau karena perbuatan manusia, terutama disebabkan karena adanya sifat-sifat berikut :
- Hara dalam tanah bersifat mobil dan mudah tersedia.
- Kemampuan tanah untuk merubah pupuk menjadi bentuk-bentuk yang mudah tersedia.
- Kemampuan tanah menyimpan hara yang terlarut dalam air tanah dalam memberikan keseimbangan persediaan hara bagi tanaman secara alamiah.
- Kemampuan tanah untuk menyimpan dan menyediakan air bagi tanaman.
- Kemampuan memelihara aerasi tanah yang baik untuk menjamin ketersediaan oksigen bagi akar.
- Kemampuan tanah untuk tidak mengikat atau memfiksasi hara dan mengubahnya menjadi bentuk-bentuk yang tidak tersedia bagi tanaman.
Upaya pemanfaatan kesuburan tanah dalam konteks perkebunan kelapa sawit harus memberikan jaminan produksi yang tinggi, konsisten dan lestari. Oleh sebab itu, pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah melalui pemupukan harus dilakukan untuk mengganti hara yang terangkut atau hilang dalam proses konversi menjadi produk akhir (TBS).
Perbedaan kesuburan yang besar diantara tipe dan subtipe tanah harus diperhitungkan dalam rangka pemberian pupuk untuk memperbaiki tingkat kesburannya. Di indonesia yang umumnya merupakan tanah tropika basah (humic tropics soil), beberapa indikasi berikut ini dapat digunakan untuk menyusun strategi pemupukan.
- Sebagian tanah yang bereaksi masam (pH ≤ 5,5) membutuhkan pengapuran.
- Ketersediaan P umumnya rendah atau terfiksasi. Penggunaan pupuk posfat akan cukup esensial dan dapat dikombinasikan dengan pengapuran bila diperlukan.
- Pada daerah yang sangat basah, umumnya ketersediaan K, Mg dan S rendah sehingga kebutuhan pupuk bagi unsur hara tersebut cukup tinggi.
- Umumnya tanah mempunyai serapan (sorption) dan kapasitas simpan unsur hara-terlarut yang rendah sehingga aplikasi pupuk sebaiknya dipisahkan dalam beberapa kali pemberian.
- Umumnya ketersediaan N dalam tanah rendah dan bahan organik yang dapat terurai sangat cepat mengalami mineralisasi.